Aliran Uang (Cash Flow) dan Penyusunannya
I.
Pengertian
Aliran Uang
Aliran uang (cash flow) adalah sejumlah uang uang yang keluar
dan masuk sebagai akibat dari aktivitas perusahaan, dengan kata lain adalah
aliran uang yang terdiri dari aliran uang masuk (cash inflow) dalam perusahaan
dan aliran uang keluar (cash outflow) perusahaan serta berapa saldonya setiap
periode. Pengertian aliran uang masuk dan aliran uang keluar adalah aliran uang
masuk merupakan sumber-sumber darimana uang diperoleh sedangkan aliran uang
keluar merupakan kebutuhan uang untuk pembayaran-pembayaran (Martono dan
Harjito, 2012).
Aliran uang masuk (cash inflow) dan aliran uang keluar (cash
outflow) masing-masing terbagi dua bagian, antara lain:
a. Aliran Uang Masuk (cash inflow)
- Bersifat
rutin, misalnya: penerimaan dari hasil penjualan secara tunai, penerimaan piutang yang telah dijadwalkan sesuai dengan penjualan kredit yang dilakukan,
dan lain-lain.
- Bersifat
tidak rutin, misalnya: penerimaan uang sewa gedung, penerimaan modal saham,
penerimaan utang atau kredit, penerimaan bunga, dan lain-lain.
b. Aliran uang keluar (cash outflow)
- Bersifat
rutin, misalnya: pembelian bahan baku dan bahan pembantu, membayar upah dan
gaji, membeli peralatan kantor habis pakai, dan lain-lain.
- Bersifat
tidak rutin, misalnya: pembelian asset, pembayaran angsuran, pembayaran dividen, dan lain-lain.
Dari definisi di atas, dapat diketahui bahwa aliran uang merupakan
jumlah uang yang mengalir masuk dan keluar dari suatu periode tertentu.
Hal utama yang perlu selalu diperhatikan yang mendasari dalam
mengatur aliran uang adalah memahami dengan jelas fungsi dana atau uang yang
kita miliki, kita simpan atau investasikan. Secara sederhana fungsi itu terbagi
menjadi tiga yaitu:
a. fungsi likuiditas, yaitu dana yang tersedia
untuk tujuan memenuhi kebutuhan sehari hari dan dapat dicairkan dalam waktu
singkat relatif tanpa ada pengurangan investasi awal.
b. fungsi anti inflasi, dana yang disimpan
guna menghindari resiko penurunan pada daya beli di masa datang yang dapat
dicairkan dengan relatif cepat.
c. capital growth, dana yang diperuntukkan
untuk penambahan / perkembangan kekayaan dengan jangka waktu relatif panjang.
Aliran uang yang berhubungan dengan suatu proyek dapat di bagi
menjadi tiga kelompok yaitu:
a. Aliran uang awal (Initial Cash Flow)
merupakan aliran uang yang berkaitan dengan pengeluaran untuk kegiatan
investasi misalnya; pembelian tanah, gedung, biaya pendahuluan dsb. Aliran uang
awal dapat dikatakan aliran uang keluar (cash out flow).
b. Aliran uang operasional (Operational Cash
Flow) merupakan aliran uang yang berkaitan dengan operasional proyek seperti;
penjualan, biaya umum, dan administrasi. Oleh sebab itu aliran uang operasional
merupakan aliran uang masuk (cash in flow) dan aliran uang keluar (cash out
flow).
c. Aliran uang akhir (Terminal Cash Flow)
merupakan aliran uang yang berkaitan dengan nilai sisa proyek ( nilai residu )
seperti sisa modal kerja atau nilai sisa proyek lainnya yaitu penjualan
peralatan proyek.
II. Penyusunan Aliran Uang dan Perhitungannya
Laporan aliran uang melaporkan penerimaan dan pengeluaran uang
entitas selama periode tertentu dari mana uang datang dan bagaimana
dibelanjakannya. Cash flow menjelaskan sebab-sebab dari perubahan nilai sisa uang.
Informasi ini tidak bias dipelajari dengan sendirinya dari laporan keuangan
yang lain.
A. Tujuan dan Kegunaan Laporan Aliran Uang
PSAK
No.2 paragraf 1 (IAI:2007) menyatakan bahwa tujuan laporan aliran kas adalah
sebagai berikut:
“Informasi aliran kas suatu perusahaan berguna bagi para pemakai
laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas, dan menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan aliran kas tersebut. Dalam proses pengambilan keputusan ekonomi, para pemakai lapoan
keuangan perlu melakukan evalusai terhadap kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan kas dan setara kas serta kapasitas perolehannya. Tujuan pernyataan
ini adalah memberi informasi historis mengenai perubahan kas dan setara kas
dari suatu perusahaan melalui laporan aliran kas yang mengklasifikasikan aliran kas
berdasarkan aktivitas operasi, investasi maupun pendanaan (financing) selama
suatu periode akuntansi.”
Laporan aliran kas dapat digunakan untuk (PSAK No. 2):
a. Laporan aliran kas dapat memberikan informasi
yang memungkinkan para pengguna untuk mengevaluasi perubahan dalam aset bersih perusahaan,
struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan
mempengaruhi jumlah serta waktu aliran kas dalam rangka adaptasi dengan
perubahaan keadaan dan peluang.
b. Informasi aliran kas berguna untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan
para pengguna mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan 10 nilai
sekarang dari aliran kas masa depan (future cash flows) dari berbagai perusahaan.
c. Informasi aliran kas juga meningkatkan daya
banding pelaporan kinerja operasi berbagai perusahaan karena dapat meniadakan
pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan peristiwa
yang sama.
d. Informasi aliran kas historis sering
digunakan sebagai indikator dari jumlah, waktu, dan kepastian aliran kas masa
depan.
e. Informasi aliran kas berguna untuk meneliti
kecermatan dari taksiran aliran kas masa depan yang telah dibuat sebelumnya dan
dalam menentukan hubungan antara profitabilitas dan kas bersih serta dampak
perubahan harga.
B. Langkah-Langkah Penyusunan Aliran Uang
Ada empat langka dalam penyusunan cash flow, yaitu :
1. Menentukan minimum kas.
2. Menyusun estimasi penerimaan dan
pengeluaran.
3. Menyusun perkiraan kebutuhan dana dari
hutang yang dibutuhkan untuk menutupi defisit kas dan membayar kembali pinjaman
dari pihak ketiga.
4. Menyusun kembali keseluruhan penerimaan dan
pengeluaran setelah adanya transaksi finansial dan budget kas yang final.
C. Penyajian Laporan Aliran Uang dan
Perhitungannya
Perusahaan harus menyusun laporan aliran kas sebagai bagian dari
laporan keuangan tahunannya. Untuk menentukan dan menyajikan aliran kas yang
berasal dari aktivitas operasi dapat digunakan salah satu dari dua metode, yaitu
metode langsung (Direct Method) dan metode tidak langsung (Indirect Method).
(Prastowo dan Juliaty 2002:31)
a. Metode Langsung
Metode langsung adalah metode yang
sederhana, yang hanya terdiri atas aliran kas opersai yang dikelompokkan menjadi
dua kategori, yaitu penerimaan kas dan pengeluaran kas. Dengan metode ini,
kelompok utama penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto diungkapkan. Metode
langsung pada dasarnya merupakan laporan laba-rugi berbasis tunai atau kas yang
menunjukkan penerimaan kas dan pengeluaran kas secara ringkas.
Pada metode langsung, rekening penghasilan
dan biaya yang dilaporkan dengan basis akrual dikonversikan menjadi penghasilan
dan biaya dengan basis kas. aliran kas operasi ini dihitung dari jumlah
pendapatan (Penghasilan) dan beban (biaya), disesuaikan dengan perubahan rekening
aktiva atau utang lancar yang berkaitan.
b. Metode Tidak Langsung
Dengan metode ini, untuk menentukan dan
menyajikan jumlah aliran kas bersih yang sama dari aktivitas operasi dapat
dilakukan dengan menyesuaikan laba bersih berbasis akrual dengan perubahan
aktiva atau utang lancar yang berkaitan.
Metode ini tidak menentukan kategori utama
dari aliran kas operasi seperti halnya pada metode langsung. Penyesuaian yang
dilakukan pada metode ini dimaksudkan untuk mengeluarkan:
1) Pengaruh transaksi bukan kas, seperti
depresiasi, amortisasi, penyisihan, pajak ditangguhkan, keuntungan atau
kerugian valuta asing yang belum direalisir.
2) Pengaruh diferel aliran kas masa lalu
(misalnya perubahan saldo persediaan) dan akrual dan aliran kas yang diharapkan
di masa depan (misalnya perubahan piutang atau hutang).
3) Pengaruh semua unsur pendapatan dan biaya
yang berkaitan dengan aliran kas investasi dan pendanaan, seperti laba atau rugi
penjualan aktiva tetap.
Diantara kedua metode tersebut yang sering digunakan dan
dianjurkan adalah penyusunan laporan aliran uang dengan metode langsung, karena
lebih lengkap dalam memberikan informasi tentang kondisi aliran kas suatu
perusahaan.
Untuk lebih jelasnya dibawah ini akan diberikan ilustrasi
dalam perusahaan jasa Salon Zhafira pada periode 2014.
Diketahui bahwa dalam salon zhafira terdapat beberapa data
tambahan sebagai berikut:
a. Saldo kas salon zhafira pada awal periode
2014 sebagaimana yang tercantum dalam neraca awal adalah sebesar Rp 2.394.000.
b. Pendapatan jasa salon sebagaimana tercantum
dalam laporan laba-rugi periode 2014 yaitu sebesar 7.405.000,, ternyata yang
telah diterima perkas sampai dengan akhir periode hanya sebesar 4.206.000
sedangkan sisanya masih berupa piutang jasa.
c. Selama periode 2014 salon zhafira melakukan
pengeluaran uang tunai untuk membayar 4 beban, yaitu beban upah dan gaji
sebesar 586.000, beban penerangan sebesar 535.000, beban pemeliharaan sebesar
412.500 dan beban umum sebesar 690.000.
d. Peralatan kantor yang dibeli dengan tunai
selama periode 2014 yaitu sebesar 700.000 dan peralatan salon sebesar 600.000.
e. Setoran modal tambahan selama periode 2014 oleh zhafira sebesar 1000.000 dan pengambilan prive 850.000.
Berdasarkan kelima data tambahan di atas maka laporan aliran kas
yang disusun salon zhafira pada periode 2014 dengan metode langsung adalah
sebagai berikut:
Berdasarkan laporan aliran kas di atas terlihat bahwa saldo kas
akhir periode jumlahnya sama dengan saldo kas yang disajikan dalam laporan
neraca yang telah dibuat Salon Zhafira. Hal ini menunjukan bahwa kas antara
neraca dengan laporan aliran kas saling terkait, dengan kata lain jika saldo
akhir kas dalam laporan aliran kas tidak sama dengan saldo kas yang ditampilkan
di balance sheet (neraca) maka ada kekeliruan dalam penyusunannya.
Perlu ditegaskan pula, bahwa dalam laporan aliran kas hanya
menyajikan aliran kas yang keluar atau aliran kas yang masuk. Itulah sebabnya
pendapatan jasa hanya ditampilkan dalam aliran kas sebesar 4.206.000, padahal
dalam laporan laba-rugi pendapatan tercatat 7.405.000.
Mengapa yang ditampilkan dalam aliran kas hanya 4.206.000? Hal ini karena Salon Zhafira hanya menerima
kas masuk yang berasal dari pendapatan sebesar 4.206.000 sedangkan sisanya
belum diterima secara tunai atau masih menjadi piutang.
Transformasi Karakteristik Alternatif Proyek ke Dalam Dimensi Moneter
I.
Analisa Teknik
Analisis teknikal pada
dasarnya merupakan suatu usaha untuk mempelajari kebutuhan-kebutuhan teknikal,
biaya-biaya produksi dari berbagai alternatif dan menilai pemenuhan dan
penyediaan kebutuhan-kebutuhan teknikal proyek tersebut pada berbagai
alternatif. Berdasarkan analisis ini dapat diketahui rancangan awal penaksiran
biaya investasi termasuk biaya eksploitasinya.
Analisis teknikal sebaiknya
tetap dilakukan meskipun sebuah proyek tidak layak secara teknis. Pada dasarnya
analisis teknikal bertujuan untuk menggali informasi mengenai estimasi biaya
teknis proyek yang meliputi:
a.
Investasi tetap: meliputi tanah lokasi, bangunan pabrik
dan bangunan lainnya, serta mesin dan pemasangannya.
b.
Biaya dan pengeluaran produksi: meliputi bahan baku,
bahan penolong, tenaga kerja langsung, biaya pabrik tidak langsung (factory overhead cost).
c.
Biaya masa percobaan atau uji coba: misalnya biaya-biaya
yang diperkirakan akan terjadi di luar produksi normal selama masa operasi
percobaan seperti biaya waktu lembur, pengulangan pekerjaan, kerusakan dan
biaya penelitian teknikal.
d.
Faktor-faktor lain yang berkaitan dengan fasilitas yang
dibutuhkan proyek: misalnya fasilitas penunjang, yaitu jalan raya, pelabuhan
udara, laut, jalan kereta api, air, listrik, komunikasi dan lain-lain.
Hal-hal tersebut perlu
dinilai tidak hanya pada satu lokasi melainkan juga di beberapa alternatif
lokasi. Misalnya, suatu industri membutuhkan sejumlah besar bahan bakar yang
tersedia di lokasi dengan jumlah dan kualitas tertentu sesuai kebutuhan proyek
serta pada biaya yang serendah-rendahnya.
Ada beberapa variabel penting
yang harus diperhitungkan perusahaan sebelum menentukan lokasi yang tepat yang
dapat meminimumkan biaya untuk proyek tersebut antara lain adalah ketersediaan
bahan mentah, letak pasar yang dituju, sumber energi, supply tenaga kerja,
fasilitas transportasi, iklim dan keadaan tanah, adat istiadat masyarakat
setempat serta rencana perusahaan di masa depan. Dengan memperhitungkan semua
variabel tersebut diharapkan perusahaan dapat menentukan lokasi yang tepat
sehingga dapat meminimumkan biaya baik biaya investasi maupun biaya
eksploitasi.
II.
Metode Untuk Menentukan Besarnya Skala Produksi
Pertimbangan penting yang
perlu dilakukan karena akan sangat mempengaruhi kelayakan teknis dari
perencanaan proyek baru adalah penentuan luas produksi yang tepat. Seberapa
besar skala operasi yang harus ditetapkan untuk mencapai suatu tingkatan skala
ekonomis.
Secara sederhana, luas
produksi ditentukan oleh kemungkinan pangsa pasar (market share) yang dapat diraih yaitu dengan mempertimbangkan
kapasitas teknis dari peralatan yang dimiliki. Pendekatan ini lebih sering
digunakan dalam praktik penyusunan studi kelayakan dengan memperhatikan
pendapat manajemen.
Dalam teori manajemen produksi
terdapat beberapa metode untuk menentukan luas produksi optimal, yaitu: (a)
Pendekatan konsep biaya marjinal (marginal
cost) dan pendapatan marjinal (marginal
revenue), (b) Pendekatan titik impas (Break
Even Point) dan (c) Metode program linier (linear programming). Semua metode tersebut dapat Anda dalami pada
pembahasan secara khusus tentang manajemen proyek.
Ketelitian dan usaha yang
dilakukan untuk melaksanakan analisis teknikal tergantung pada jenis proyek,
teknologi yang dipakai, kompleksitas produk yang dihasilkan, alternatif
teknikal yang dipergunakan (misalnya, proses produksi, bahan baku, tenaga kerja
dan sebagainya) serta ketelitian dalam memperkirakan biaya yang akan terjadi.
Semakin baru jenis produk yang dihasilkan, semakin canggih dan rumit teknologi
yang dipakai, semakin langka alternatif teknikal yang dipergunakan, maka
semakin keras dan teliti pula usaha yang harus dilakukan untuk membuat analisis
teknikal.
Selain faktor-faktor yang
mempengaruhi kedalaman analisis teknikal tersebut, perlu diketahui pula risiko
ketidaktelitian dan ketidaktepatan dalam melakukan analisis teknikal.
Kesalahan-kesalahan yang sering terjadi dalam analisis teknikal, misalnya
kurang teliti dalam melakukan analisis pendahuluan mengenai kebutuhan-kebutuhan
teknologi, kegagalan dalam menilai alternatif teknikal dan tidak memperhatikan
faktor-faktor lain seperti penanganan bahan baku, kebutuhan persediaan,
pemeliharaan dan fasilitas sosial untuk para pekerja.
Kurang telitinya analisis
teknikal, mengakibatkan terjadinya masalah kekurangan keuangan. Akibat lebih
lanjut adalah kemungkinan proyek gagal dalam jangka panjang. Misalnya, proyek
gagal mencapai kapasitas produksi yang direncanakan karena ternyata teknologi
yang digunakan sudah ketinggalan zaman sehingga produk tidak bisa bersaing baik
dari segi harga maupun mutunya, atau karena tidak memikirkan pemeliharaan,
proyek akhirnya harus mati sebelum waktu yang direncanakan.
Ketidaktelitian dalam
melakukan analisis teknikal juga bisa menghasilkan kesalahan dalam memperkirakan
biaya proyek baik yang menyangkut biaya tetapnya maupun modal kerja. Selain itu
bisa pula terjadi penyimpangan perkiraan biaya masa operasi percobaan dan biaya
produksi dari kenyataan.
Karena itu analisis teknikal
yang baik harus dilakukan untuk membuktikan bahwa secara teknikal proyek layak
dikerjakan dan hal tersebut selanjutnya dapat mendukung kelayakan proyek secara
ekonomi.
Sumber:
- Anonim. 2014. Cara Mudah Membuat Laporan Arus Kas. http://www.akuntansidasar.com/2014/06/cara-mudah-membuat-laporan-arus-kas.html. Diakses pada 2 Oktober 2016.
- Rizziva Fahrur. Analisis Teknik. www.academia.edu. Diakses pada 2 Oktober 2016
- Rahmadian, Aurelio. Aplikasi Bisnis TI. Jakarta. Universitas Gunadarma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar