Pages

Cash Flow dan Transformasi Karakteristik Alternatif Proyek ke Dalam Dimensi Moneter

Minggu, 02 Oktober 2016
Aliran Uang (Cash Flow) dan Penyusunannya

   I.       Pengertian Aliran Uang

Aliran uang (cash flow) adalah sejumlah uang uang yang keluar dan masuk sebagai akibat dari aktivitas perusahaan, dengan kata lain adalah aliran uang yang terdiri dari aliran uang masuk (cash inflow) dalam perusahaan dan aliran uang keluar (cash outflow) perusahaan serta berapa saldonya setiap periode. Pengertian aliran uang masuk dan aliran uang keluar adalah aliran uang masuk merupakan sumber-sumber darimana uang diperoleh sedangkan aliran uang keluar merupakan kebutuhan uang untuk pembayaran-pembayaran (Martono dan Harjito, 2012).

Aliran uang masuk (cash inflow) dan aliran uang keluar (cash outflow) masing-masing terbagi dua bagian, antara lain:
a.    Aliran Uang Masuk (cash inflow)
   - Bersifat rutin, misalnya: penerimaan dari hasil penjualan secara tunai, penerimaan  piutang yang telah dijadwalkan sesuai dengan penjualan kredit yang dilakukan, dan  lain-lain.
   - Bersifat tidak rutin, misalnya: penerimaan uang sewa gedung, penerimaan modal  saham, penerimaan utang atau kredit, penerimaan bunga, dan lain-lain.
b.    Aliran uang keluar (cash outflow)
   - Bersifat rutin, misalnya: pembelian bahan baku dan bahan pembantu, membayar      upah dan gaji, membeli peralatan kantor habis pakai, dan lain-lain.
   - Bersifat tidak rutin, misalnya: pembelian asset, pembayaran angsuran, pembayaran   dividen, dan lain-lain.

Dari definisi di atas, dapat diketahui bahwa aliran uang merupakan jumlah uang yang mengalir masuk dan keluar dari suatu periode tertentu.

Hal utama yang perlu selalu diperhatikan yang mendasari dalam mengatur aliran uang adalah memahami dengan jelas fungsi dana atau uang yang kita miliki, kita simpan atau investasikan. Secara sederhana fungsi itu terbagi menjadi tiga yaitu:
a.    fungsi likuiditas, yaitu dana yang tersedia untuk tujuan memenuhi kebutuhan sehari hari dan dapat dicairkan dalam waktu singkat relatif tanpa ada pengurangan investasi awal.
b.    fungsi anti inflasi, dana yang disimpan guna menghindari resiko penurunan pada daya beli di masa datang yang dapat dicairkan dengan relatif cepat.
c. capital growth, dana yang diperuntukkan untuk penambahan / perkembangan kekayaan dengan jangka waktu relatif panjang.

Aliran uang yang berhubungan dengan suatu proyek dapat di bagi menjadi tiga kelompok yaitu:
a.    Aliran uang awal (Initial Cash Flow) merupakan aliran uang yang berkaitan dengan pengeluaran untuk kegiatan investasi misalnya; pembelian tanah, gedung, biaya pendahuluan dsb. Aliran uang awal dapat dikatakan aliran uang keluar (cash out flow).
b.    Aliran uang operasional (Operational Cash Flow) merupakan aliran uang yang berkaitan dengan operasional proyek seperti; penjualan, biaya umum, dan administrasi. Oleh sebab itu aliran uang operasional merupakan aliran uang masuk (cash in flow) dan aliran uang keluar (cash out flow).
c.    Aliran uang akhir (Terminal Cash Flow) merupakan aliran uang yang berkaitan dengan nilai sisa proyek ( nilai residu ) seperti sisa modal kerja atau nilai sisa proyek lainnya yaitu penjualan peralatan proyek.

II.       Penyusunan Aliran Uang dan Perhitungannya

Laporan aliran uang melaporkan penerimaan dan pengeluaran uang entitas selama periode tertentu dari mana uang datang dan bagaimana dibelanjakannya. Cash flow menjelaskan sebab-sebab dari perubahan nilai sisa uang. Informasi ini tidak bias dipelajari dengan sendirinya dari laporan keuangan yang lain.

A.   Tujuan dan Kegunaan Laporan Aliran Uang

PSAK No.2 paragraf 1 (IAI:2007) menyatakan bahwa tujuan laporan aliran kas adalah sebagai berikut:

“Informasi aliran kas suatu perusahaan berguna bagi para pemakai laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas, dan menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan aliran kas tersebut. Dalam proses pengambilan keputusan ekonomi, para pemakai lapoan keuangan perlu melakukan evalusai terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas serta kapasitas perolehannya. Tujuan pernyataan ini adalah memberi informasi historis mengenai perubahan kas dan setara kas dari suatu perusahaan melalui laporan aliran kas yang mengklasifikasikan aliran kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi maupun pendanaan (financing) selama suatu periode akuntansi.”

Laporan aliran kas dapat digunakan untuk (PSAK No. 2):
a.    Laporan aliran kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna untuk mengevaluasi perubahan dalam aset bersih perusahaan, struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan mempengaruhi jumlah serta waktu aliran kas dalam rangka adaptasi dengan perubahaan keadaan dan peluang.
b.  Informasi aliran kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para pengguna mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan 10 nilai sekarang dari aliran kas masa depan (future cash flows) dari berbagai perusahaan.
c.  Informasi aliran kas juga meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai perusahaan karena dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan peristiwa yang sama.
d.    Informasi aliran kas historis sering digunakan sebagai indikator dari jumlah, waktu, dan kepastian aliran kas masa depan.
e.    Informasi aliran kas berguna untuk meneliti kecermatan dari taksiran aliran kas masa depan yang telah dibuat sebelumnya dan dalam menentukan hubungan antara profitabilitas dan kas bersih serta dampak perubahan harga.

B.    Langkah-Langkah Penyusunan Aliran Uang

Ada empat langka dalam penyusunan cash flow, yaitu :
1.     Menentukan minimum kas.
2.    Menyusun estimasi penerimaan dan pengeluaran.
3.    Menyusun perkiraan kebutuhan dana dari hutang yang dibutuhkan untuk menutupi defisit kas dan membayar kembali pinjaman dari pihak ketiga.
4.    Menyusun kembali keseluruhan penerimaan dan pengeluaran setelah adanya transaksi finansial dan budget kas yang final.

C.    Penyajian Laporan Aliran Uang dan Perhitungannya

Perusahaan harus menyusun laporan aliran kas sebagai bagian dari laporan keuangan tahunannya. Untuk menentukan dan menyajikan aliran kas yang berasal dari aktivitas operasi dapat digunakan salah satu dari dua metode, yaitu metode langsung (Direct Method) dan metode tidak langsung (Indirect Method). (Prastowo dan Juliaty 2002:31)
a.    Metode Langsung
Metode langsung adalah metode yang sederhana, yang hanya terdiri atas aliran kas opersai yang dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu penerimaan kas dan pengeluaran kas. Dengan metode ini, kelompok utama penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto diungkapkan. Metode langsung pada dasarnya merupakan laporan laba-rugi berbasis tunai atau kas yang menunjukkan penerimaan kas dan pengeluaran kas secara ringkas.
Pada metode langsung, rekening penghasilan dan biaya yang dilaporkan dengan basis akrual dikonversikan menjadi penghasilan dan biaya dengan basis kas. aliran kas operasi ini dihitung dari jumlah pendapatan (Penghasilan) dan beban (biaya), disesuaikan dengan perubahan rekening aktiva atau utang lancar yang berkaitan.
b.    Metode Tidak Langsung
Dengan metode ini, untuk menentukan dan menyajikan jumlah aliran kas bersih yang sama dari aktivitas operasi dapat dilakukan dengan menyesuaikan laba bersih berbasis akrual dengan perubahan aktiva atau utang lancar yang berkaitan.
Metode ini tidak menentukan kategori utama dari aliran kas operasi seperti halnya pada metode langsung. Penyesuaian yang dilakukan pada metode ini dimaksudkan untuk mengeluarkan:
1)    Pengaruh transaksi bukan kas, seperti depresiasi, amortisasi, penyisihan, pajak ditangguhkan, keuntungan atau kerugian valuta asing yang belum direalisir.
2)   Pengaruh diferel aliran kas masa lalu (misalnya perubahan saldo persediaan) dan akrual dan aliran kas yang diharapkan di masa depan (misalnya perubahan piutang atau hutang).
3)   Pengaruh semua unsur pendapatan dan biaya yang berkaitan dengan aliran kas investasi dan pendanaan, seperti laba atau rugi penjualan aktiva tetap.

Diantara kedua metode tersebut yang sering digunakan dan dianjurkan adalah penyusunan laporan aliran uang dengan metode langsung, karena lebih lengkap dalam memberikan informasi tentang kondisi aliran kas suatu perusahaan.

Untuk lebih jelasnya dibawah ini akan diberikan ilustrasi dalam perusahaan jasa Salon Zhafira pada periode 2014.

Diketahui bahwa dalam salon zhafira terdapat beberapa data tambahan sebagai berikut:
a.    Saldo kas salon zhafira pada awal periode 2014 sebagaimana yang tercantum dalam neraca awal adalah sebesar Rp 2.394.000.
b.    Pendapatan jasa salon sebagaimana tercantum dalam laporan laba-rugi periode 2014 yaitu sebesar 7.405.000,, ternyata yang telah diterima perkas sampai dengan akhir periode hanya sebesar 4.206.000 sedangkan sisanya masih berupa piutang jasa.
c. Selama periode 2014 salon zhafira melakukan pengeluaran uang tunai untuk membayar 4 beban, yaitu beban upah dan gaji sebesar 586.000, beban penerangan sebesar 535.000, beban pemeliharaan sebesar 412.500 dan beban umum sebesar 690.000.
d. Peralatan kantor yang dibeli dengan tunai selama periode 2014 yaitu sebesar 700.000 dan peralatan salon sebesar 600.000.
e.  Setoran modal tambahan selama periode 2014 oleh zhafira sebesar 1000.000 dan pengambilan prive 850.000.

Berdasarkan kelima data tambahan di atas maka laporan aliran kas yang disusun salon zhafira pada periode 2014 dengan metode langsung adalah sebagai berikut:


Berdasarkan laporan aliran kas di atas terlihat bahwa saldo kas akhir periode jumlahnya sama dengan saldo kas yang disajikan dalam laporan neraca yang telah dibuat Salon Zhafira. Hal ini menunjukan bahwa kas antara neraca dengan laporan aliran kas saling terkait, dengan kata lain jika saldo akhir kas dalam laporan aliran kas tidak sama dengan saldo kas yang ditampilkan di balance sheet (neraca) maka ada kekeliruan dalam penyusunannya.

Perlu ditegaskan pula, bahwa dalam laporan aliran kas hanya menyajikan aliran kas yang keluar atau aliran kas yang masuk. Itulah sebabnya pendapatan jasa hanya ditampilkan dalam aliran kas sebesar 4.206.000, padahal dalam laporan laba-rugi pendapatan tercatat 7.405.000.

Mengapa yang ditampilkan dalam aliran kas hanya 4.206.000?  Hal ini karena Salon Zhafira hanya menerima kas masuk yang berasal dari pendapatan sebesar 4.206.000 sedangkan sisanya belum diterima secara tunai atau masih menjadi piutang.

Transformasi Karakteristik Alternatif Proyek ke Dalam Dimensi Moneter

I.        Analisa Teknik

Analisis teknikal pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk mempelajari kebutuhan-kebutuhan teknikal, biaya-biaya produksi dari berbagai alternatif dan menilai pemenuhan dan penyediaan kebutuhan-kebutuhan teknikal proyek tersebut pada berbagai alternatif. Berdasarkan analisis ini dapat diketahui rancangan awal penaksiran biaya investasi termasuk biaya eksploitasinya.

Analisis teknikal sebaiknya tetap dilakukan meskipun sebuah proyek tidak layak secara teknis. Pada dasarnya analisis teknikal bertujuan untuk menggali informasi mengenai estimasi biaya teknis proyek yang meliputi:
a.    Investasi tetap: meliputi tanah lokasi, bangunan pabrik dan bangunan lainnya, serta mesin dan pemasangannya.
b.    Biaya dan pengeluaran produksi: meliputi bahan baku, bahan penolong, tenaga kerja langsung, biaya pabrik tidak langsung (factory overhead cost).
c.    Biaya masa percobaan atau uji coba: misalnya biaya-biaya yang diperkirakan akan terjadi di luar produksi normal selama masa operasi percobaan seperti biaya waktu lembur, pengulangan pekerjaan, kerusakan dan biaya penelitian teknikal.
d.    Faktor-faktor lain yang berkaitan dengan fasilitas yang dibutuhkan proyek: misalnya fasilitas penunjang, yaitu jalan raya, pelabuhan udara, laut, jalan kereta api, air, listrik, komunikasi dan lain-lain.

Hal-hal tersebut perlu dinilai tidak hanya pada satu lokasi melainkan juga di beberapa alternatif lokasi. Misalnya, suatu industri membutuhkan sejumlah besar bahan bakar yang tersedia di lokasi dengan jumlah dan kualitas tertentu sesuai kebutuhan proyek serta pada biaya yang serendah-rendahnya.

Ada beberapa variabel penting yang harus diperhitungkan perusahaan sebelum menentukan lokasi yang tepat yang dapat meminimumkan biaya untuk proyek tersebut antara lain adalah ketersediaan bahan mentah, letak pasar yang dituju, sumber energi, supply tenaga kerja, fasilitas transportasi, iklim dan keadaan tanah, adat istiadat masyarakat setempat serta rencana perusahaan di masa depan. Dengan memperhitungkan semua variabel tersebut diharapkan perusahaan dapat menentukan lokasi yang tepat sehingga dapat meminimumkan biaya baik biaya investasi maupun biaya eksploitasi.

II.        Metode Untuk Menentukan Besarnya Skala Produksi

Pertimbangan penting yang perlu dilakukan karena akan sangat mempengaruhi kelayakan teknis dari perencanaan proyek baru adalah penentuan luas produksi yang tepat. Seberapa besar skala operasi yang harus ditetapkan untuk mencapai suatu tingkatan skala ekonomis.

Secara sederhana, luas produksi ditentukan oleh kemungkinan pangsa pasar (market share) yang dapat diraih yaitu dengan mempertimbangkan kapasitas teknis dari peralatan yang dimiliki. Pendekatan ini lebih sering digunakan dalam praktik penyusunan studi kelayakan dengan memperhatikan pendapat manajemen.

Dalam teori manajemen produksi terdapat beberapa metode untuk menentukan luas produksi optimal, yaitu: (a) Pendekatan konsep biaya marjinal (marginal cost) dan pendapatan marjinal (marginal revenue), (b) Pendekatan titik impas (Break Even Point) dan (c) Metode program linier (linear programming). Semua metode tersebut dapat Anda dalami pada pembahasan secara khusus tentang manajemen proyek.

Ketelitian dan usaha yang dilakukan untuk melaksanakan analisis teknikal tergantung pada jenis proyek, teknologi yang dipakai, kompleksitas produk yang dihasilkan, alternatif teknikal yang dipergunakan (misalnya, proses produksi, bahan baku, tenaga kerja dan sebagainya) serta ketelitian dalam memperkirakan biaya yang akan terjadi. Semakin baru jenis produk yang dihasilkan, semakin canggih dan rumit teknologi yang dipakai, semakin langka alternatif teknikal yang dipergunakan, maka semakin keras dan teliti pula usaha yang harus dilakukan untuk membuat analisis teknikal.

Selain faktor-faktor yang mempengaruhi kedalaman analisis teknikal tersebut, perlu diketahui pula risiko ketidaktelitian dan ketidaktepatan dalam melakukan analisis teknikal. Kesalahan-kesalahan yang sering terjadi dalam analisis teknikal, misalnya kurang teliti dalam melakukan analisis pendahuluan mengenai kebutuhan-kebutuhan teknologi, kegagalan dalam menilai alternatif teknikal dan tidak memperhatikan faktor-faktor lain seperti penanganan bahan baku, kebutuhan persediaan, pemeliharaan dan fasilitas sosial untuk para pekerja.

Kurang telitinya analisis teknikal, mengakibatkan terjadinya masalah kekurangan keuangan. Akibat lebih lanjut adalah kemungkinan proyek gagal dalam jangka panjang. Misalnya, proyek gagal mencapai kapasitas produksi yang direncanakan karena ternyata teknologi yang digunakan sudah ketinggalan zaman sehingga produk tidak bisa bersaing baik dari segi harga maupun mutunya, atau karena tidak memikirkan pemeliharaan, proyek akhirnya harus mati sebelum waktu yang direncanakan.

Ketidaktelitian dalam melakukan analisis teknikal juga bisa menghasilkan kesalahan dalam memperkirakan biaya proyek baik yang menyangkut biaya tetapnya maupun modal kerja. Selain itu bisa pula terjadi penyimpangan perkiraan biaya masa operasi percobaan dan biaya produksi dari kenyataan.

Karena itu analisis teknikal yang baik harus dilakukan untuk membuktikan bahwa secara teknikal proyek layak dikerjakan dan hal tersebut selanjutnya dapat mendukung kelayakan proyek secara ekonomi.




Sumber: 
  1. Anonim. 2014. Cara Mudah Membuat Laporan Arus Kas. http://www.akuntansidasar.com/2014/06/cara-mudah-membuat-laporan-arus-kas.html. Diakses pada 2 Oktober 2016.
  2. Rizziva Fahrur. Analisis Teknik. www.academia.edu. Diakses pada 2 Oktober 2016
  3. Rahmadian, Aurelio. Aplikasi Bisnis TI. Jakarta. Universitas Gunadarma.


Read more ...